Cerita DANBO yang kehilangan CINTA nya

Aku dalam kegelapan. Kegelapan mencari hati yang hilang :(

 Aku dan Kamu yang dulu saling bersama :) hingga minum pun segelas berdua.

Dulu kau merayu dengan bunga yang ada digenggamanmu :)

Dulu kau selalu memberikan cintamu kepadaku :)

Setiap hari kau selalu mempersembahkan cintamu kepadaku :D

Setiap saat setiap sms setiap bertemu dimanapun dan kapanpun kau selalu bilang "I LOVE YOU" :)

Aku ingat waktu kau memintaku untuk jadi model di fotomu :)

Dan akhirnya kita berfoto ria bersama di taman cinta :)

Dan sampai pernah aku berpikiran bahwa kau adalah benar benar jodohku :)

Dan kini semuanya telah hilang, hancur -_- dan kini AKU SENDIRI

Kau membuat aku BROKEN HEART :( Hancurkan segala cintaku kepadamu

Kau mengahmburkan semua CINTAKU, semua PERASAANKU kepadamu -_- :(

Dan akhirnya cuma bisa mengucapkan "MAKASIH PATAH HATINYA :)"

Cerita Di Balik Pintu

“Ah aku males dirumah terus. Liburan engga kemana-mana rasanya boring banget. Andai aja aku bisa liburan sampe keluar negeri tanpa biaya alias gratis atau engga dapet undian atau apalah gitu pasti aku bakalan seneng,” lamun Lilyana.

                Lilyana seorang murid SMA yang kini tengah libur semester tidak bisa menikmati liburannya karena ekonomi keluarganya yang hancur yang diakibatkan ulah si jago merah. Sejak enam bulan yang lalu kehidupan Lilyana dan keluarganya berubah drastis. Mereka yang notabennya orang yang kaya raya harus rela kehilangan semua harta bendanya. Untung saja kedua orang tuanya masih memiliki tabungan yang cukup untuk hidup yang sekarang ini, bahkan orang tuanya kini sudah mulai merintis kembali  usaha yang dulu mereka jalankan yaitu usaha kayu ukir.

                “Ma, Pa, Lilyana mau liburan kayak dulu lagi dong Ma. Lilyana boring nih dirumah terus gak ngapa-ngapain,” rengek Lilyana.
                “Kamu juga harus tau dong Li, keadaan ekonomi Mama sama Papa yang sekarang. Kita engga kayak dulu lagi sayang. Sekarang kita ada di bawah. Mungkin besok,lusa,atau kapan itu kita akan seperti dulu lagi,” ucap Mama.
                “Yang dikatakan Mamamu itu benar Li. Kamu harus bisa menerima kenyataan kalau kita ini sudah tidak seperti dulu lagi. Sudahlah terima saja karena kita sedang di uji oleh Tuhan. Tuhan punya rencana indah kok dibalik semua ini,” ucap Papa.
                “Maafkan Lily yah Ma, Pa kalau Lily egois dan gak bisa menerima kenyataan. Maafkan Lily,” ucap Lily sembari memeluk kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya pun membalas hangat pelukan Lily.
                “Ya sudah kalau begitu kamu ikut ke kantor Papa aja, sekalian kamu bantu bantu nanti kan katanya kamu mau jadi pengusaha sukses kaya Papa,” ajak Papa kepada Lilyana dan Mama mengangguk tanda menyetujui usul Papa.
                “Ayoooo!! Let’s go Papa!” jawab Lily semangat.

                Akhirnya Lily dan Papanya berangkat menuju kantor baru Papa. Mereka naik motor untuk pergi kesana karena jaraknya tak begitu jauh. Sepuluh menit perjalan akhirnya mereka sampai juga. Papa segera memarkir motornya di parkiran sebelah barat kantornya sedangkan Lily langsung masuk ke dalam. Lily tersenyum bangga saat memasuki kantor Papanya itu. Walaupun kantornya tidak sebagus kantor yang dulu tetapi penataan ruangannya lebih indah kantor yang baru.

                “Suatu saat pasti aku akan bisa seperti Papa bahkan aku akan melebihi Papa. Aku yakin itu!!” batin Lily.

                Tiba-tiba Papa datang dan menepuk pundak Lily. Lily hanya menoleh dan tersenyum kemudian mereka berjalan sambil sedikit berbincang menuju ruangan Papa. Di dalam ruangan itu Papa dan Lily berbincang banyak tentang masa depan. Papa berpesan agar Lily bisa lebih baik dari kedua orang tuanya kedepannya. Lilypun juga berjanji kepada Papa untuk mewujudkannya. Mata Lily tertuju pada sebuah pintu klasik, pintu yang benar-benar unik seperti pintu kayu yang besar yang berada diruangan Papanya itu.

                “Li, Papa keluar dulu ya. Kamu disini dulu boleh atau ikut papa keluar,” ucap Papa.
                “Oke Pa, Lily nanti nyusul,” jawab Lily.

                Lily berjalan menuju pintu klasik itu. Pintu yang menurut Lily unik dan memiliki segi magis tersendiri. Semakin dekat dengan pintu itu, perasaan Lily semakin tak karuan, seperti ada yang menariknya untuk segera membuka pintu itu dan akhirnya...

                “krieekk,” suara pintu terbuka.
                “Engga ada apa-apa nih. Wow didalem asyik nih. Papa engga bilang-bilang kalo disini ada tempat unik. Tau gini kan liburan engga boring,” ucap Lily

                Lily kini sudah berada dubalik pintu itu. Pintu klasik yang terlihat biasa saja tetapi luar biasa didalamnya. Kalian tahu apa yang ada di balik pintu itu? Hanya Lily saja yang tahu bagaimana keadaan di dalam sana. Lilypun mendapat ide mengajak sahabatnya untuk ikut bergabung dengannya. Tapi Lily bingung karena sahabatnya itu berada di luar kota.

                “Aku ingin ajak si Nisa ah. Katanya dia juga liburan gak kemana-mana tapi, gimana aku bisa ajak dia?? Dia kan tinggal di Jakarta sedangkan aku di Kalimantan. Andai saja aku ada di kamar Nisa sekarang,” ucap Lily.

                Tak berapa lama setelah Lily mengucapkan permohonan itu, semua yang ada dibalik pintu tiba-tiba berputar, berputar semakin lama semakin cepat. Lily hanya menutup matanya saja dan setelah itu semuanya terhenti. Lily perlahan membuka matanya dia berjalan menuju gagang pintu itu kemudian meraih untuk membukanya.

                “krieeek,” suara pintu itu terbuka.
                “Ha?? Beneran ini aku ada di kamarnya si Nisa? Gak gak mungkin tadi kan aku ada dibalik pintu itu terus kenapa tiba-tiba aku ada di sini sekarang?? Massak ini pintu ajaib?” ucap Lily heran dengan semua ini.

                Tiba-tiba pintu kamar Nisa terbuka. Betapa shocknya Nisa ketika tahu tiba-tiba Lily ada di kamarnya. Begitu pula Lily yang hanya diam tanpa kata dan sedikit membuka mulutnya. Tak banyak bicara Lily langsung memeluk Nisa karena akhirnya Lily bisa bertemu dengan sahabat yang dikenalnya lewat social networking. Nisa hanya diam, sepertinya dia masih tidak percaya kalau dia bisa bertemu langsung dengan Lily. Mereka berpelukan lumayan lama. Akhirnya Nisa membuka pembicaraan.

                “Ini beneran Lily?? Lilyana temenku smsn? Temen yang kenal lewat social networking itu kan? Yang udah aku anggap seperti kakak aku sendiri?” tanya Nisa tak percaya.
                “Iya Nisa. Ini aku Lily, Lilyana. Yang sering bikin kamu senyum hahaa,” ucap Lilyana diselingi dengan tertawa.
                “Ya ampun kaka! Aku beneran engga nyangka bisa ketemu langsung dengan kakak. Padahal kan aku udah pesimis ga bakal bisa ketemu kaka , tapi sekarang akirnya aku bisa ketemu kakak live. Makasi Tuhan telah Engkau pertemukan aku dengan kakak ku yang baik ini,” ucap Nisa.
                “Yee si adek mah bisa aja. Biasa aja lah dek. Ini kan udah rencana Tuhan dek dan tidak ada yang tidak mungkin dek di dunia ini. Nih buktinya aku bisa ketemu kamu live,” ucap Lily kemudian memeluk Nisa lagi.
                “Kakak kok bisa kesini? Langsung ada dikamarku pula kan aneh kak ceritanya atau jangan jangan kamu bukan kak Lily ya. Kamu devil nih kayaknya gak mungkin kan kalo tiba-tiba kak Lily ada disini,” ucap Nisa kemudian menjauh dari Lily.
                “Ini beneran aku dek! Lilyana! Nih aku tunjukin isi sms darimu. Masih aku simpan nih smsnya,” ucap Lily sambil menunjukkan sms untuk bukti kalau dia benar-benar Lily asli.
                “Tuh kan bener? Dibilangin sih engga percaya kamu. Aku engga mungkin bohong kali dek. Sekarang percaya kan?”ucap Lily lagi.
                “Percaya kak. Terus kakak kesini pake apa?” tanya Nisa.
                “Pake itu tuh!!” ucap Lily sambil menunjuk pintu klasik itu. Pintu klasik yang ada di ruang kerja Papanya yang kini berhasil pindah di kamar Nisa.
                “Ha?? Kok bisa kak?” tanya Nisa yang agaknya semakin bingung dengan Lily.

                Lilypun menceritakan semuanya dari awal dia menemukan pintu itu. Kemudian dia menceritakan di balik pintu itu kita bisa pergi sesuka hati kita kemana saja. Tinggal kita make a wish kemana kita mau pergi pasti bakal terwujud. Contohnya Lily. Sebelum dia ke kamar Nisa, dia make a wish berada di sebuah taman yang indah. Tepatnya Tulip Garden di Belanda. Benar saja pintu itu kemudian membawanya ke Tulip Garden Belanda. Disana Lily berjalan-jalan mengelilingi Tulip Garden itu, karena dia merasa kesepian dia kepikiran untuk mengajak Nisa ikut bergabung dengannya.

                “Nisa gak percaya ah kak sama ceritanya kakak. Kalau itu bener, mana buktinya coba?” ucap Nisa yang masih ragu dengan cerita Lily.
                “Nih kalau kamu engga percaya. Aku petik satu tulip ini untukmu. Aku mengambilnya diam-iam tanpa sepengetahuan si penjaga taman. Aku petik warna pink karena kau suka sekali dengan warna itu,” ucap Lily sembari memberikan bunga tulip itu kepada Nisa.

                Nisa ingin membuktikan kebenaran cerita itu lagi. Karena Lily orangnya peka, Lily tau kalau Nisa ingin masuk ke pintu itu dan ber journey ria dengan pintu itu. Lily langsung menarik tangan Nisa dan mengajaknya ber adventure. Kini mereka sudah ada di depan pintu. Lily mengkomandokan Nisa untuk make a wish sebelum mereka masuk ke pintu itu. Nisa kemudian memohon untuk di bawa ke sebuah tempat yang saat itu hanya dia yang tahu.

                “Sudah selesai make a wishnya?” tanya Lily.
                “Sudah kak,” jawab Nisa.

                Kemudian merekapun masuk dan tiba-tiba saja pintu itu berputar, dan berputar semakin lama semakin kencang. Tak berapa lama kemudian pintu itu berhenti berputar dan itu tandanya mereka sudah sampai ditempat tujuan. Nisa beranjak dari tempat awal dia duduk menuju gagang  pintu dan segera meraihnya untuk membuka. Lily pun mengikutinya. Merekapun mulai keluar dari balik pintu itu. Kini mereka sedang berjalan-jalan menikmati indahnya berada di kebun yang penuh dengan Sakura merah muda.

                “Nisa, emang kamu tadi make a wish apa sih? kayaknya aku pernah tau deh tempat ini,” ucap Lily.
                “Aku make a wish ke Jepang kaka. Aku pengen banget jalan-jalan ke Jepang, dan akhirnya dengan pintu klasik itu impianku untuk pergi ke Jepang terwujud. Aku ingin tinggal disini saja daripada tinggal dirumah yang isinya sama kayak neraka. Bosen kakak akunya. Tiap hari disiksa mulu. Ini aja aku masih ada hukuman di kurung gak boleh keluar rumah seminggu,” curhat Nisa.
                “Engga boleh ngomong gitu dek. Emang kamu habis ngapain kok sampe di kurung seminggu?” tanya Lily.
                “Aku pulang malem terus kakak, jadinya yah gini deh. Dikurung engga boleh keluar. Terus semua fasilitas aku dicabut. HP aku aja sekarang disita kak. Makanya kemarin malem aku engga bales message dari kaka. Maaf ya kak,” jelass Nisa panjang.
                “Tuh kan jangan diulangi lagi lah Nisa. Liat sendiri kan akibatnya gimana? Terus kalau pulang malem gitu kamu ngapain aja? Terus kemana aja?” tanya Lily sambil melihat dan menyentuh bunga-bunga sakura yang bergelantungan di pohon.
                “Aku ke Sevel kak kalau engga yah ke Circle nongkrong gitu sama anak-anak yang lain. Baru pulang kalau uang Nisa udah abis,” jawabnya enteng lalu duduk di bangku panjang di bawah pohon sakura.
                “Ngapain nongkrong terus buang-buang uang percuma gitu? Mending yah uangnya dibuat nyumbang panti atau engga digunaiin untuk kegiatan sosial yang lain,” saran Lily kemudian dia ikut duduk di sebelah Nisa.
                “Yah akan Nisa coba deh kak. Ehm kak ayo kita jalan-jalan lagi yok bosen kalo disini terus. Gimana kalo kita ke restoran itu ka,” ajak Nisa sambil menunjuk salah satu restoran Jepang.

                Lily mengiyakan ajakan Nisa. Kemudian mereka masuk ke restoran itu. Untung saja restoran itu baru jadi mereka bisa makan gratis alias mendapat diskon 100%. Setelah menikmati makanannya mereka kembali ingin meneruskan journey adventure mereka selanjutnya. Lily akan menunjukkan sesuatu tempat di Jepang yang menurut dia pantas dan tak boleh terlewatkan.

                “Nisa, ayoo ikut aku!!” perintah Lily sembari menggandeng tangan Nisa.
                “Kemana kaka??” tanya Nisa.
                “Udah ayo ikut saja sama aku,” ucap Lily. Merekapun segera masuk kepintu klasik tadi. Sebelum masuk Lily memohon agar dia dibawa ke suatu tempat. Setelah make a wish Lily meraih gagang pintu dan menarik Nisa agar segera masuk. Pintu pun berputar dan tak berapa lama kemudian berhenti. Sesegera mungkin Lily mengajak Nisa keluar dari pintu itu.

                “Ini Nis tempat yang pengen aku tunjukin ke kamu,” ucap Lily bangga.
                “Kok air terjun ka?” tanya Nisa.
                “Iya Nisa. Ini namanya air terjun Kegon. Air terjun ini lokasinya di Danau Chuzenji, Taman Nasional Nikkō, Prefektur Tochigi, Jepang. Penemunya adalah seorang biarawan bernama Shōdō Shōnin. Indah kan air terjunnya?” ucap Lily sambil terus mengagumi keindahan air terjun itu.
                “Wah kakak hebat ya bisa tau apa aja,” puji Nisa.
                “Ceritakan sejarahnya dong kak tentang air terjun ini,” pinta Nisa.

                Lily pun akhirnya menceritakan sejarh tentang air terjun Kegon. Nama "Kegon" berasal dari sebutan untuk Sutra Avatamsaka dalam bahasa Jepang. Air terjun ini terbentuk setelah berubah arahnya aliran Sungai Daiya akibat aliran lahar yang disebabkan letusan Gunung Nantai. Lily juga menceritakan kalau air terjun Kegon merupakan tempat bunuh diri paling favorite di Jepang. Bahkan seorang penulis puisi terkenal yang bernama Misao Fujimura mati bunuh diri setelh dia menulis puisi yang berjudul “Perasaan di Puncak Karang”.

                “Wah tragis juga yah kak. Ehm apa engga angker gitu kak disini?? Kan disini banyak yang bunuh diri, otomatis banyak devilnya,” ucap Nisa.
                “Yah engga tau juga dek. Ehm ayo kita ke atas air terjun. Kita pake lift di bawah air terjun untuk sampai keatas. Nah kalau udah berada di sana pasti kamu akan dapat fell yang berbeda. Kamu bakalan betah deh disana dijamin,” ucap Lily.
                “Kakak kok tau? Ehm apa sebelumnya kakak udah pernah kesini?” tanya Nisa.
                “Belum sih kakak Cuma baca-baca buku aja hahahaa,” tawa Lily.

                Merekapun segera menuju lift bawah tanah yang akan membawa mereka ke top high waterfall. Mereka menikmati keindahan disetiap perjalanan menuju keatas. Nisa tak hentinya berdecak kagum melihat anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Lily nampak begitu lega dan senang karena bisa membawa sahabatnya itu ber adventure ria dan yah mungkin bisa menghilangkan stres yang ada di diri Nisa. Lily mengacak rambut Nisa yang cepak itu dengan penuh kasih sayang. Nisa hanya membalas dengan senyuman saja.

                Sampailah mereka di top high waterfall. Benar yang dikatakan Lily. Mereka mendapatkan fell yang berbeda terasa nyaman, hati tenang, hilang semua beban pikiran dan rasanya life is free nothing problem in my self. Mereka menikmati keindahan anugrah Tuhan ini bersama turis-turis yang lain. Nisa mengajak salah satu turis domestik berbinacang-bincang. Cukup lama mereka berada di top high waterfall itu dan kini waktu sudah beralih menjadi sore. Mereka masih ingin berpetualang. Kini mereka menuju ke Paris. Mereka melihat keindahan menara Eiffel. Mereka juga menikmati indahnya suasana senja sunset di pantai Hawai.
 Kini saatnya mereka untuk pulang. Pulang dari journey yang begitu menyenangkan. Hari ini membuat mereka lelah.

*****

Keesokan harinya...
                Lily menjalani rutinitas seperti hari-hari biasanya. Namun kini tampak beda, dia tampak begitu semangat dan ceria. Apakah dia akan berpetualang lagi hari ini dengan Nisa? Sepertinya iya.
                “Aku mau ke kamar Nisa dulu ah. Oh iya tapi kan pintu itu ada di kantor Papa, aku susul Papa aja deh di kantornya,” ucap Lily.
                Berangkatlah Lily ke kantor Papanya dengan sepeda. Sepeda biru hadiah ulang tahun dari Papanya dua tahun yang lalu. Lily mengayuh sepeda dengan energic sekali. Setelah 15 menit dia pun sampai juga di kantor Papanya. Dia langsung memarkir sepedanya itu di sebelah timur halaman.

                “Mbak Papa ada di ruangannya engga?” tanya Lily ke resepsionis.
                “Oh Bapak lagi metting keluar mbak, memang ada apa?” tanya resepsionis itu
                “Yes, ehm engga papa mbak. Makasi yah mbak,” ucap Lily kemudian berlari ke ruangan Papanya.
                “Masih jam 8. Oke bakalan punya banyak waktu untuk bersenang-senang lagi bareng Nisa,” ucap Lily. Kemudian dia segera menuju pintu klasik itu dan make a wish untuk segera ada di kamar Nisa. Dengan siklus yang sama, pintu berputar dan setelah itu berhenti. Lily segera membuka pintu itu dan tiba-tiba saja...

                “Dorrrrr!! Hayo kak Lily ngapain?? Ahahaha,” Nisa berhasil mengagetkan Lily.
                “Ya ampuun Nisa bikin aku kaget aja kamu itu. Huu dasar,” ucap Lily sambil mengacak rambut Nisa.
                “Ahahaha lagian kakak tiba-tiba muncul hahaa. Ehm mau kemana lagi kak kita hari ini??” tanya Nisa.
                “Kamu pengennya kemana dek?” tanya Lily balik.
                “Aku pengennya ke Roma kak. Pengen ke St. Peter’s Basilica. Gereja terbesar di dunia. Aku pengen kesana sekalian aku mau berdoa disana kak,” ucap Nisa semangat.
                “Oke Nis. Sipp ayo kita pergi kesana,” ajak Lily.
                “Sekarang?” tanya Nisa.
                “Engga dek tahun depan. Yah sekarang lah. Ayoo cepet buruan entar waktu kita abis lo,” ucap Lily sambil menggandeng tangan Nisa. Tapi tiba-tiba..
                “Nis, mimisan lagi kamu?” tanya Lily khawatir.
                “Ah sudah lah kak engga papa sudah biasa kok akunya kayak gini. Tenang sajalah kak,” ucap Nisa enteng sembari dia membersihkan darah segar yang megalir dari hidungnya.

****

                Mereka kini sudah berada di tempat tujuan yaitu di Roma, Italy. Tempat yang selama ini di impikan Nisa. Tempat yang menurut dia suci yaitu di gereja St. Peter’s Basilica. Setelah sampai disana Nisa langsung menuju ke dalam gereja itu sedangkan Lily menunggu di depan karena Lily seorang muslim.

                Di dalam gereja hanya ada Nisa sendirian karena hari ini bukan hari untuk kebaktian jadi gereja sepi. Nisa berjalan menuju altar gereja kemudian dia berdoa sambil memegang kalung salibnya. Serius sekali dia berdoa sangat khusyuk. Sampai-sampai dia meneteskan air mata.

                “Tuhan, sembuhkanlah penyakit anakmu ini. Aku sudah tidak kuat Tuhan. Sudah tujuh tahun tumor otak ini bersamaku. Dia sudah berhasil membuat hidupku sirna. Semangatku hilang, tidur malamku terbuang gara-gara darah segar sering keluar dari hidungku. Aku bosan hidup Tuhan. Jika kau ijinkan, ijinkanlah aku membahagiakan orang-orang yang menyanyangiku seperti kedua orang tuaku yah walaupun aku seorang anak broken home masih untung aku bisa melihat kedua orang tuaku yang sudah hidup dengan pasangan mereka masing-masing dan mungkin kini mereka sudah lupa padaku. Tuhan jika kau ijinkan, ijinkanlah aku menghabiskan sisa hidupku bersama kak Lily, kakak yang baik menurutku, kakak yang selalu menasehatiku, kakak yang terindah yang aku milik mungkin satu-satunya orang yang peduli denganku. Tuhan aku minta kepadamu. Biarkanlah aku menikmati sisa hidupku ini bersama Kak Lily hanya aku dan Kak Lily Tuhan. Amien,” doa Nisa dan diakhiri dengan mencium kalung salib miliknya.
                “Nisa belum keluar juga yah dari dalem? Ehm aku tinggal sebentar ah. Aku mau ke kerumunan burung dara itu ah sekalian kasih mereka makan,” ucap Lily kemudian beranjak dari bangku yang ditempatinya.

                Tak berapa lama kemudian Nisa pun keluar dari gereja. Terlihat wajahnya tenang dan berseri-seri, tapi matanya sembab mungkin efek dari dia menangis tadi. Nisa kemudian menghampiri Lily yang sedang asyik memberi makan dove yang berkerumun itu. Nisa melambaikan tangannya dan memanggil Lily. Lily membalasnya sambil tersenyum. Kini Nisa sudah berada ditengah-tengah dove bersama Lily. Mereka menikmati kebersamaan ini dan tak lupa mereka mengabadikan moment-moment indah ini di camera milik Lily.

                Nisa merasakan pusing di kepalanya, gelap disekitarnya, dan dia tidak bisa mendengar apapun. Semuanya gelap. Gelap gulita. Darah segar mulai mengucur deras dari hidung Nisa. Lily segera menghampiri dan berteriak meminta pertolongan ke orang-orang sekitar mereka. Mereka semua langsung membawa Nisa ke rumah sakit terdekat. Nisa masih berada di pangkuan Lily. Dia terbaring lemas dan darah dari hidungnya masih mengalir dan Lily membersihkan dengan jaketnya setelah sapu tangan miliknya sudah penuh dengan darah. Lily bertekad akan melakukan apapun demi Nisa. Demi sahabat terbaiknya.

                Sampailah mereka di Monastic Hospital. Rumah sakit terkenal di Roma. Nisa segera dilarikan ke ruang ICCU karena keadaan Nisa yang semakin lemah karena kehilangan darah lumayan banyak. Lily masih belum  di ijinkan masuk ke ruangan itu sebelum Nisa siuman. Di luar Lily berdoa untuk kesembuhan Nisa. Lily sempat kesulitan mencari mushola untuk sholat, namun dia menemukan sebuah ruangan kecil yang bersih dan di rasa bisa dijadikan tempat untuk sholat, akhirnya dia sembahyang di tempat itu. Terlihat sangat khusyuk sepertinya dia berdoa meminta keselamatan atas Nisa. Setelah selesai sembahyang, Lily kembali duduk di depan ruangan Nisa di rawat. Mungkin karena kecapekan Lily tertidur di luar.


*****

                Sedangkan di rumah Lily, kedua orang tuanya bingung mencari dimana Lily berada. Terakhir mereka melihatnya saat Lily ada di kantor Papanya dan setelah itu dia menghilang tanpa jejak. Mereka mencoba menghubungi HP Lily tetapi hasilnya nihil. Mereka juga sudah menelpon semua teman-teman Lily dan mereka juga tidak mengetahui dimana keberadaan Lily. Mama Lily terus menangis dan Papa mencoba menenangkannya dan mereka memutuskan untuk mencari Lily esok harinya. Begitupun dengan keluarga Nisa. Mereka juga mencari Nisa yang sejak tadi pagi hingga malam ini tidak ada di kamarnya. Mereka juga sudah mencari kesana kemari tapi hasilnya juga nihil. Tapi Nisa meninggalkan sebuah note di atas bantalnya.
 Isi notenya : “Tante,Om maafkan Nisa ya. Nisa tidak bermaksud untuk membuat kalian khawatir. Nisa hanya ingin kebebasan. Nisa capek hidup seperti ini Om, Tante. Hidup dirumah seperti hidup di neraka, selalu disiksa dan diperlakukan beda. Nisa mohon jangan mencari Nisa sebelum Nisa benar-benar siap untuk kembali ke rumah ini. Kalian harus terima apapun keadaan Nisa jika Nisa pulang ke rumah ini. Walau Nisa sudah tidak dalam keadaan hidup, kalian harus terima Nisa apa adanya ya Om dan Tante. Nisa sayang Om dan Tante”

                Tante Nisa membaca note itu menangis dan berteriak memanggil suaminya. Suaminya pun datang dan membaca note dari Nisa. Dia pun juga ikut meneteskan air mata. Mereka berdua menyadari kalau mereka sudah benar-benar extreme terhadap Nisa. Kini mereka benar-benar menyesali perbuatannya. Mereka tak tahu lagi mau mencari Nisa dimana.

*****
                Keesokan harinya Lily terbangun karena ada sebuah sentuhan yang dirasakan di pundaknya. Dokter yang kemarin memeriksa Nisa yang membangunkan Lily dan Lily diijinkan masuk ke ruangan Nisa karena dia sudah siuman. Saat Lily masuk kamar Nisa dia melihat Nisa begitu lemas, pucat, selang nafas masih di hidungnya, infus masih menempel di tangan kirinya dan wajahnya terlihat tidak seperti biasanya. Lily merasakan hawa di sekitarnya berubah menjadi dingin. Kemudian dia mendekat ke ranjang Nisa.

                “Nisa, gimana keadaanmu? Maafkan aku ya udah bikin kamu kayak gini. Ini semua salahku Nis. Maafkan aku, tak seharusnya aku mengajakmu bergabung bersamaku dan tak seharusnya juga aku menemukan pintu itu. Pintu klasik sial yang membuatmu jadi seperti ini,” sesal Lily dalam tangisnya sambil menggenggam tangan Nisa.
                “Kak Lily engga salah. Ini lah yang Nisa inginkan kak, di sisa hidup Nisa ingin Nisa habiskan waktu Nisa bersama Kak Lily. Hanya bersama kak Lily seorang. Itu doaku waktu di St. Peter’s Basilica. Aku berdoa pada Tuhan kalau aku sudah engga tahan kak sama hidupku yang sekarang dan lebih baik aku meninggalkan semuanya sekarang,” ucap Nisa yang sedikit terbata-bata.
                “Sekali lagi kakak minta maaf Nis. Kakak engga bermaksud bikin kamu kayak gini. Maafkan kakak Nis, maafkan kakak,” ucap Lily masih saja terus menangis.
                “Kakak adalah kakak yang baik untuk Nisa. Aku senang kak diajak adventure sama kakak apalagi aku sudah bisa ke Roma kak tempat yang benar-benar aku inginkan. Ini tujuan akhirku kak, aku malah berterimakasih kepada kakak karena kakak sudah mengantar dan menemani aku menuju final destination ku kak,” ucap Nisa terbata-bata.
                “Nisa engga boleh ngomong gitu ah. Jalan Nisa masih panjang Tuhan masih sayang Nisa,” ucap Lily meberi semangat kepada Nisa.
                “Kak, Nisa pesen kalau seumpama Nisa abis ini pergi, tolong ya bawa raga Nisa pulang, terus bilang terimakasih ke Om dan Tante karena sudah mau merawat Nisa selama ini dan Nisa mau kak Lily wujudkan mimpi-mimpi kakak itu yah. Aku dukung Kak Lily dari surga,” ucap Nisa.

                Tiiiiiiittttttttt......... elektrokardiograph pun menunjukkan cardiac arrest. Lily segera keluar memanggil dokter untuk cepat-cepat menangani Nisa. Akhirnya dokter pun datang dan memeriksa Nisa. Dokter menyiapkan semua alat-alatnya, dokter sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain atas Nisa. Tuhan mengirim malaikatnya untuk mengambil nyawa Nisa. Nisa menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang dan menunjukkan senyum terindahnya kepada semua. Lily yang sedari tadi melihat dari luar berteriak sekencang-kencangnya. Berteriak karena tidak percaya kalau Nisa sudah pergi meninggalkan kita semua selamanya. Lily langsung menerobos pintu dan langsung memeluk raga Nisa. Air mata yang keluar begitu banyak sehingga membasahi baju pasien dan selimut Nisa.
*****
                “Nisaaaaaaa!!” teriak Lily tiba-tiba.
                “Eh, kenapa kamu sayang? Kok tiba-tiba teriak seperti orang ketakutan gitu?” tanya Papa heran melihat anaknya yang ternganga dan pandangannya ke arah sebuah pintu klasik yang unik.
                “Untung semua ini engga kenyataan. Untung aku belum memulainya,” gumam Lily.
                “Li, kamu tidak apa-apa??” tanya Papa sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lily.
                “Eh Papa. Lily engga papa kok hehee. Hufft!! Pah Lily keluar dulu ya, gerah soalnya disini,” ucap Lily lalu beranjak meninggalkan ruangan Papanya itu.
                “Aku harus segera telfon si Nisa ini,” gumam Lily sambil memencet tombol angka di HP nya.

~Via telpon :
                “Halo Nisa, kamu engga apa-apa kan??” tanya Lily to the point.
                “Engga kak, aku ga papa,” jawab Nisa.
                “Syukurlah. Untung semua belum terlambat,” ucap Lily.
                “Kakak sepemikiran gak sama aku?” tanya Nisa.
                “Sepertinya iya Nis, ehm jangan kasih tau siapa siapa yah tentang hal ini. Cukup kita bertiga yang tahu,” ucap Lily,
                “Kita bertiga? Siapa aja kak?” tanya Nisa heran.
                “God, you, and me,” jawab Lily.
                “Ahahahhahahahaaa.....,” tawa mereka bersama via telpon.

                Yah untunglah semuanya hanya halusinasi saja. Image yang dibentuk oleh sebuah pintu yang kemudian diimajinasikan oleh Lily dan Nisa.
 Imajinasi lebih kuat dari apapun. Imajinasi dapat menimbulkan mind set baru untuk kita. Imajinasi sumber inspirasi. Imajinasi membuat hidup lebih berarti.

-TAMAT-

Kesan di rumah Feny.

mungkin kalian menganggap ini cerita yang gak penting. memang sih cerita ini engga penting sama sekali :) aku cuma mau share aja di blog. haha mumpung ada waktu luang jadi aku sempetin nulis di blog ini.


Minggu lalu adalah minggu yang sangat istimewa bagi saya mungkin juga bagi teman-teman saya. Minggu lalu minggu yang ceria dimana kita menikmati kebersamaan dalam mengerjakan tugas. Tugas itu adalah tugas Sosiologi membuat power point untuk di presentasikan hari Jum’at yang akan datang. Cerita ini saya awali saat saya akan pulang dari sekolah.

                Siang itu siang yang sangat panas dan mungkin bisa membuat orang sedikit emosi. Saat itu tanpa sepengetahuan saya, Dhani,Feny,Oxy,Indra dan Aji merencanakan kerja kelompok Sosiologi yang nantinya akan dilaksanakan sore ini juga. Sore ini kebetulan saya ada jadwal les, jadi saya putuskan untuk cepat-cepat pulang, tapi tiba-tiba Feny dan Dhani menghampiri saya.

 “Je,nanti kerja kelompok ya dirumahku jam 3,” ucap Feny yang disetujui Dhani.
“Wah, nanti aku gak bisa. Aku nanti ada les,” jawabku.
“Lah terus gimana?? Bilang ke gurumu Je kalo hari ini absen les dulu,” ucap Feny.
“Lah masak aku absen?aku kan juga pengen les Fen,” ucapku agak sedikit emosi karena pengaruh panas yang semakin panas mendukung untuk emosi.
“Ayo lah Je bilang aja ke gurumu. Sms ke gurumu kalo nanti ada kerja kelompok, yah sekali kali lah absen dulu kan gak papa,” desak Dhani.

                Saya teteap mengelak ajakan mereka. Semakin lama mereka semakin mendesak saya untuk absen les. Setelah saya pikir-pikir akhirnya saya menyetujui ajakan mereka untuk kerja kelompok. Kemudian saya mengirim SMS ke guru saya dengan izin kerja kelompok. Untungnya guru saya menyetujuinya.

                “Oke aku udah sms guruku. Katanya ga papa aku izin dulu, tapi beneran kan nanti datang semua?” tanyaku
                “Dateng semualah orang udah direncanain sama anak-anak,” ucap Feny tanpa dosa.
                “Ye kenapa gak ajak-ajak aku pas rundingan? Tau gitu kan gak kaya gini ceritanya,” jawabku dengan agak sedikit emosi.
                “Ya maaf Je,” ucap Dhani dan Feny hampir bersamaan.
                “Oh ya Je, nanti kamu berangkat kesana sama siapa?” tanya Dhani kepadaku.
                “Gak tau Ni. Lah kamu berangkat sama siapa nanti?” tanyaku balik.
                “Aku juga gak tau Je,” jawab Dhani.
                “Lah terus ini gimana? Masak engga jadi kerkelnya?” tanya Feny.
                “Pokoknya harus jadi!!Aku udah terlanjur bilang ke guruku kalo mau ada kerkel entar kalo ga jadi malah berabe urusannya,” ucapku bersemangat.
                “Lah terus aku gimana Fen,Je?” tanya Dhani dengan wajah memelas.
                “Ehm gini aja nanti aku sama kamu gowes aja. Aku ada sepeda gandeng dirumah. Gimana mau gak?” tawarku pada Dhani.
                “Ha?? Sepeda gandeng?? Oke sip nanti bareng ya J ,” jawab Dhani.

                Akhirnya setelah berdebat masalah kerja kelompoh kami bertiga memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Sampai dirumah jam 2 dan langsung ngecek sepeda di gudang. Saya baru ingat kalau sepedanya masih dibawa teman ayah saya untuk acara sepeda santai. Saya bigung. Saya sudah terlanjur mengajak Dhani untuk bersepeda. Akhirnya saya putuskan untuk menelpon teman ayah saya itu, tapi ibu saya yang berbicara dengan teman ayah saya itu. Saya makin bingung saat ibu saya bilang kalau sepedanya tidak ada yang mengantar ke rumah. Kemudian teman ayah saya bilang kalau saya mau dijemput untuk mengambil sepeda itu. Saya mengajak Dhani untuk mengambil sepeda itu tapi Dhani tidak bisa karena dia sakit perut saat itu. Akhirnya saya mengajak Fitri untuk mengambil sepeda itu. Kami berdua berangkat mengambil sepeda dan sesudah itu saya menunggu di kamar kostnya Dhani. Untung saja Dhani mandinya tidak lama hanya “mandi bebek” jadi saya tak perlu menunggu lama-lama. Setelah mandi pun Dhani tiba-tiba bingung karena buku kerja Sosiologinya tidak ada.

                “Uda biarin aja nanti pasti anak-anak yang lain bawa buku kerja sendiri-sendiri. Gak usah khawatir lah. Biar aku aja yang bawa bukunya,” ucapku
                “Oke yaudah ayo kita berangkat sekarang keburu telat entar,” ajak Dhani.
                “Oke sip,” jawabku singkat dan segera keluar dari kamar kost.

                Kami pun bersepeda sampai dirumah saya. Sekarang giliran Dhani untuk menunggu saya mandi. Setelah mandi akhirnya kami bersepada ria menuju rumah Feny. Sepanjang perjalanan menuju rumah Feny, saya dan Dhani bersepada dengan semangat dan saking semangatnya kita sampai ngebut. Saat hampir sampai di depan SMP 3 Tuban, kami merasa kelelahan. Kami pun berinisiatif untuk mengayuh sepeda pelan-pelan. Tiba-tiba Dhani melihat Oxy dan Riky sedang berdua di warung es tebu.

                “Eh,eh Je liat disana ada Oxy dan Riky. Ayo kita kesana yook!!” ajak Dhani
                “Ayo!!” jawabku bersemangat.

                Kamipun memutar balik sepeda dan segera menyebrang menuju warung es tadi. Oxy tahu kalau kami sedang haus. Tumben dia baik dan mau membelikan kami es tebu walaupun Cuma sebungkus. Saya dan Dhani minum es sebungkus berdua. Waktu saya mengajak Oxy untuk segera berangkat, dia menolak dengan alasan menunggu Indra dan Aji. Setelah lama menunggu akhirnya Dhani melihat Indra dan Aji mengendarai sepeda motor dengan kencang sekali. Dhani pun segera memanggil Aji agar mereka berhenti dan mengajak untuk bersama-sama ke rumah Feny. Kemudian merka menunggu kami di depan SMP 3. Saat di traffic light kami semua berlomba siapa yang paling cepat ke rumah Feny dia lah pemenangnya. Karena hanya saya yang mengetahui rumah Feny jadi saya dan Dhani lah yang menang (menang karena jadi navigator hehe).

                Saya mengirimkan sms kepada Feny dan memberitahukan bahwa kami semua sudah berada di depan rumahnya. Tak berapa lama kemudian Feny keluar dan membukakan pintu untuk kami dan segera mungkin kami memarkirkan kendraan masing-masing. Kami semua langsung mengerjakan tugas setelah dipersilahkan masuk ke rumah Feny karena kita tidak mau mebuang-buang waktu. Syukur sekali Oxy sudah menemukan bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk presentasi, jadi kami semua tinggal mempelajari materi yang sudah di bagi sebelumnya.

                Feny punya ide untuk bermain bersama (tepatnya olahraga bersama). Terlihat dari luar itu rumah Feny kecil tapi dalamnya seperti GOR. Ada lapangan bultangkisnya, ada lapangan basketnya, ada meja pingpongnya, ada kebunnya, ada kolam lele dan lobsternya. Kami semua berolahraga ria di lapangan itu. Saya,Feny,Oxy,dan Aji main bulutangkis dengan formasi ganda campuran saya dengan Aji dan Feny dengan Oxy sedangkan Indra,Riky,Dhani main basket. Saya dan Aji menang melawan Feny dan Oxy. Dhani dan Riky main basketnya bagus mereka bisa mengalahkan Indra. Indra kalah karena dia terlalu menggunakan rumus fisika untuk memasukkan bola ke ring basket. Karena kalah, Indra memutuskan untuk beralih menjadi pemain bulutangkis menggantikan Aji. Kemudian saya dan Indra melawan Feny dan Oxy dan lagi-lagi saya dan Indra yang menang. Intinya siapapun yang berpasangan dengan saya itu selalu menang J. Karena saking asyiknya berolahraga, tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 17.05 kami menyudahi olahraga ini.

                Kami semua segera cuci tangan dan kaki. Dhani izin sholat dan yang lainnya minum dan makan makanan yang sudah disajikan sebelumnya. Kalian tahu kawan?? Ternyata Dhani salah Kiblat. Feny mengetahuinya dan segera berteriak,”Woy Dhan!! Kiblatmu salah bukan hadap Utara Dhan tapi hadap Barat,”. Spontan kami semua tertawa sampai Riky yang notabennya pendiam tidak bisa berhenti tertawanya. Dhani pun segera merubah arah Kiblatnya tapi kamipun tidak berhenti tertawa.

                Waktu sudah menunjukkan waktu Maghrib. Kami semua akhirnya memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang saya dan Dhani bersepada dengan semangat lagi serasa rasa capek yang datang hilang karena rasa senang dan puas yang berlebih akibat berolahraga ria tadi. Karena jalanan di Jl.Basuki Rahmat padat, Dhani mengendarai sepeda dengan atraktif sampai-sampai saya takut sendiri. Takut kalau seumpama jatuh dari sepeda dan tak khayal kami jadi pusat perhatian waktu itu. Setelah 15 menit kira-kira perjalanan kami sampai juga di kostnya Dhani. Disitulah saya dan Dhani berpisah.
Saat di depan kostnya Dhani.....
                “Makasi ya Je atas tumpangannya. Aku gak akan pernah lupa sama hari ini,” ucap Dhani.
                “Sama-sama Dhani. Makasi juga yah udah mau boncengin aku. Aku juga gak bakal lupa sama sore ini,” balasku.
                “Aku pulang dulu ya. Udah malem bye Dhani,” ucapku sambil melambaikan tangan dan langsung mengendarai sepeda gandeng sendirian.
                “Bye ...!!” balas Dhani.


                Yah begitulah ceritaku kawan J apa ceritamu??

-SEKIAN-


Inspiration

Visitor

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "



Watch

Main Menu

Diberdayakan oleh Blogger.

I ♥ FC Bayern Munchen

MIA SAN MIA (ง•̀⌣•́)ง

Followers

Popular Posts

XO

ADFIOS Keep Calm and Love ADFIOS. Peace Love and Gawl

Welcome to my profile

Copyright © 2012 Diary DAP ☑Template by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.